Sunday, March 08, 2009
Bahwa Hidup Telah Diatur Sang Kuasa
Ada yang mengatakan bahwa kesadaran adalah kutukan. Akan tetapi, terberkatilah orang-orang yang terkutuk karena sebuah kesadaran. Ironis sekali ketika saya menyadari bahwa hampir tiga bulan blog ini, yang saya anggap sebagai rumah, ternyata tidak terawat. Selama tahun 2009 belum ada sedikitpun tulisan yang tertuang. Ketika saya menyadari itu, saya merasa sangat prihatin.

Saya sangat sadar, selama tiga bulan ini banyak hal yang saya alami namun tak mampu saya tuangkan sedikitpun. Tak ada ide-ide, tak ada kata-kata. Mungkin kareba ada beberapa faktor yang membuat saya merasa 'mati' merangkai kata dan menuangkannya di sini. Dan saat ini, seperti kata saya tadi bahwa terberkatilah orang-orang yang dikutuk oleh sesuatu bernama kesadaran, saya merasa terberkati untuk menulis kembali. Dengan sederhana...

Semua berawal ketika beberapa waktu lalu saya akhirnya kembali membaca buku. Hal yang dalam beberapa bulan ini saya lupakan, lebih tepatnya saya tinggalkan. Sewaktu berkunjung ke rumah teman, saya meminjam buku Paulo Coelho; the Zahir. Setelah membaca beberapa waktu, saya jadi terinspirasi untuk menulis kembali. Saya merasa, beberapa kali keinginan menulis timbul setelah membaca buku karangan Paulo Coelho. Selain itu, ada sebab saya kembali menulis judul di atas; bahwa hidup telah di atur, yaitu cerita pengalaman saya dan sebuah cerita dari kawan yang menginspirasikan tulisan ini.

Ketika saya membaca The Zahir, tiba-tiba saya merasa ada sebuah hubungan antara masa kecil kita dengan apa yang kita jalani atau kita miliki sekarang. Saya masih ingat benar sewaktu masih MI (setingkat SD) dulu, ketika berkumpul bersama teman-teman sebaya, kami ngobrol tentang hewan kurban. Entah berawal dari mana atau siapa, sejak saat itu saya dipanggil dengan nama onta. Dasar mereka kurang ajar, memanggil saya yang imut waktu itu dengan panggilan onta, pikir saya. Lalu ketika berada di Aliyah (setingkat SMA), salah seorang ibu yang berjualan di asrama memanggil saya dengan nama jamal, yang bisa berarti tampan (bukan berarti karena saya tampan, tapi lebih karena ada seorang senior yang bernama Jamal dan sangat mirip dengan saya) tapi juga bisa berarti onta..!! Dan setelah lulus SMA, saya benar-benar berada di negeri Mesir yang (semasa kecil dulu) identik dengan onta. Sebuah kebetulan yang (menurut saya) ada hubungannya dengan cerita di masa lalu.

Ketika MTs (setingkat SMP), saya ingat betul kata guru matematika saya waktu itu; iku lho nek Solo, enek sekolahan apik...pendak ndino nganggo basa arab terus...(itu lho di Solo ada sekolahan bagus yang kesehariannya memakai bahasa arab terus). Beliau berkata seperti itu tanpa menjelaskan nama sekolahan yang dimaksud. Tidak ada cita-cita atau rasa penasaran mengenai sekolah tersebut. Keinginan saya waktu itu, setelah selesai dari bangku MTs, saya ingin sekolah di MAN 1 kota kelahiran saya. Akan tetapi, tanpa saya sadari, takdir membawa saya ke sekolahan yang dimaksud guru matematika saya. Saya melanjutkan sekolah jenjang menengah di MAKN Solo. Dan ternyata, sekolahan yang kesehariannya memakai bahasa arab adalah sekolah di mana saya menimba ilmu selama tiga tahun itu. Ah, lagi-lagi saya menemukan bahwa masa depan ada hubungannya dengan cerita di masa lalu.

Satu lagi dan ini pengalaman teman saya dari Gontor. Sewaktu kecil dan duduk di bangku taman kanak-kanak, dia melihat acara televisi yang menanyangkan ulama sejuta umat, K.H Zainudin MZ. lalu teman saya bertanya pada ayahnya; pak, kyai Zainudin itu di mana sih sekolahnya??. Ayah teman saya yang waktu itu tidak tahu menahu dari mana asal sekolah atau pesantren sang kyai langsung berkata: dari Gontor nak...nanti kalau sudah bersar, kamu sekolah di sana juga biar pinter. Setalh lama berselang, teman saya secara tidak sadar juga mengalami nasib seperti saya; takdir membawa dia ke Gontor meskipun tak pernah terlintas untuk melanjutkan sekolah di sana. Saya merasa untuk ketiga kalinya saya menemukan bahwa masa lalu ada hubungannya dengan masa depan.

Saya berpikir, mungkinkah cerita masa lalu itu secara tidak kita sadari membawa kita ke tempat atau tujuan di masa depan...? Atau, secara tidak kita sadari, cerita masa lalu menjadi semacam doa dan jalan kita di masa depan...? Dan apakah kita tidak akan pernah bisa lepas dari masa lalu...? Hanya Tuhan Yang Maha Memberi warna dalam kehidupan yang tahu....


 
posted by elchecago at 6:16 PM | Permalink | 0 comments